Pages

Wednesday, April 02, 2008

Filosofi Sekeping Dinar Emas [Bagian 1 dari 2 tulisan]

Filosofi Sekeping Dinar Emas [Bagian 1 dari 2 tulisan]

Bismillahirrahmanirrahim

Dinar emas dan Dirham perak telah terbukti mampu menjaga nilainya. Selama berabad-abad perkembangan peradaban manusia, banyak sejarah dan fakta yang dapat menjadi rujukan tentang hal ini. Sangat berbeda dengan FIAT MONEY (uang hampa/uang kertas) yang baru saja berkarir kurang lebih 1 (satu) abad namuh telah penuh dengan catatan kegagalannya, sudah tidak terhitung berapa kali hyper inflasi telah membuat negara-negara bangkrut tidak saja negara-negara miskin seperti bangladesh, afrika, yugoslavia dan [terpaksa menulis ini juga] Indonesia!!. Bahkan negara-negara kuat semacam amerika, jerman, swiss dan lain-lain pun telah merasakan ganasnya akibat keserakahan yang diwakili oleh UANG HAMPA tersebut.

Tidak heran jika banyak rakyat kecil yang dirugikan oleh sistem UANG HAMPA ini. Logikanya sangat sederhana, jika sebuah negara saja, yang nota bene memiliki banyak tokoh dan orang pintar, bisa kolaps!! apalagi cuma kita, masyarakat dengan pengetahuan terbatas dan dengan mudahnya dibodohi/ditipu. Nggak percaya? Coba tanya para pakar di negara tetangga Republik Mimpi.

Sangat logis jika kita berusaha menyelamatkan hasil jerih payah kita. Menyelamatkan sedikit uang yang bisa disisihkan dari hasil ‘banting tulang’, peluh bahkan darah. Demi sebuah harapan dimasa depan; demi pendidikan anak, demi kehidupan yang lebih baik, untuk modal usaha, naik haji, dan rencana-rencana mulia lainnya. Tapi nyatanya hasil jerih payah yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun, sedikit demi sedikit habis. Alih-alih jadi bukit, eh lama-lama malah menjadi habis sendiri; fenomena ajaib yang masih sangat sulit dimengerti masyarakat. Rakyat hanya tau tiba-tiba uang mereka tidak cukup lagi hanya untuk membeli beras, minyak goreng bahkan (maaf) sekedar untuk buang air di toilet umum. Menyedihkan.

HUKUM ALAM: Suatu benda atau kondisi akan berusaha kembali ke kondisi hakiki/awalnya

Saat ini, tingkat kepercayaan terhadap UANG HAMPA terus menurun bahkan mencapai titik nadirnya. Ibarat manusia, asal dari tanah akan kembali ketanah, pada UANG KERTAS asal dari NOL pasti kembali ke NOL BESAR. Ini merupakan sunnatullah, Hukum Alam. Benda yang diam jika digerakan akan kembali diam. Cairan diam yang diaduk akan berusaha kembali tenang. Benda benda di bumi yang dilemparkan keatas, akan turun kembali. Jadi selembar kertas yang terbuat dari kayu kemudian diberi angka dan dihargai layaknya logam mulia pasti akan kembali mencapai nilai kertas/kayu tersebut.
Saat ini banyak pelaku bisnis dan juga individu yang tidak lagi mau menyimpan uangnya dalam bentuk kertas, ramai-ramai mereka kembali ke EMAS, PERAK dan investasi komoditas lainnya. Bahkan penulis sangat yakin, para ekonom pintar yang sangat gigih memperjuangkan konserp UANG HAMPA sekalipun, secara diam-diam juga ‘memborong’ emas demi menyelamatkan hartanya. Fenomena ini juga telah terjadi di Indonesia, tentu saja di negara-negara lain telah lebih dulu menyadari. Hasilnya bisa dilihat dengan mudah, US$ sebagai Mbahnya FIAT MONEY sedang terjun bebas dengan parasut yang kuncup. Yang lebih tragis lagi, pada saat [hampir] semua mata uang dinegara lain menguat terhadap US$, Rupiah malah tambah loyo terhadap US$, apalagi terhadap emas!!.

Hakikat Dinar Dirham Islam

Bagaimana dengan Dinar dan Dirham? yang notabene unsur utamanya emas dan perak. Bolehkah jika kita menjadikan Dinar dan Dirham sebagai tabungan yang lebih adil dan aman. Atau masih bolehkah jika uang jutaan, milyaran bahkan mungkin triliun rupiah kita selamatkan dalam bentuk Dinar dan Dirham?. Secara prinsip tidak ada yang salah jika kita berusaha menabung dalam Dinar Dirham, bahkan sangat baik. Kalau dalam jumlah banyak? Masih boleh, tapi pasti ada konsekuensinya.
Dinar emas memang media penjaga nilai yang paling tahan banting. Simpanan dalam Dinarpun sah-sah saja. Namun pada kenyataannya sangat banyak filosofi yang terkandung dalam sekeping koin emas tersebut. Banyak hikmah yang dapat kita ambil, jika saja masih MAU dan MAMPU berfikir. Beberapa filosofi yang telah dan sayangnya baru kita sadari [termasuk penulis] dibalik sekeping Dinar dirham, bahwa Allah menginginkan manusia:
1. Tidak menunda-nunda penunaian kewajiban kepada orang lain. Terutama masalah uang, hutang dan pembayarannya.
2. Tidak terjadi penumpukan harta pada segelintir orang tanpa bermanfaat sedikitpun bagi kemaslahatan ummat. Tidak terjadai KESERAKAHAN harta. Ini bukan berarti tidak bisa atau tidak boleh kaya.
3. Terjadi interaksi dan kerjasama yang baik dalam perdagangan maupun usaha lain di sektor riil, BUKAN MONETER!!.
4. Bisa memberi kepercayaan kepada orang lain (bagi yang punya kelebihan harta) dan menjaga amanah (bagi yang menjalankan usaha).
5. Tidak menjadi budak UANG, apalagi sampai menjual diri, kehormatan dan Agama.
6. Tidak terjadi perdagangan uang dengan uang, apalagi spekulasi mata uang.
7. Tidak terjadi kesenjangan sosial yang curam.
8. Menjadi hamba Allah yang merdeka.
9. Dan tentu masih banyak lagi yang belum diungkapkan pada tulisan sederhana ini maupun yang belum bisa kita pahami karena keterbatasan ilmu.

Wallahu’alam.....
Pada bagian ke-2 tulisan tentang Filosofi Sekeping Dinar Emas, penulis akan mencoba membahas satu demi satu beberapa makna/filosofi dibalik Dinar dirham tersebut, Insya Allah.
Bersambung.....

Sabtu 15 Maret 2008

Devid Hardi

Sumber: http://wakalasauqi.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Punya Komentar? Jangan Sungkan ya!